Breaking News

Gundala Komik dan Kisah Pribadi Hasmi Penulis

Film Gundala (2019) diangkat dari komik Gundala Putra Petir karya Harya Suraminata.
Berita terkini Jakarta, Indonesia - "Kisah cinta saya hanyalah prolog dari kisah lama, dan kisah selanjutnya adalah orang lain memainkan peran," kata Gundala pelan sambil berjalan perlahan. Ini adalah adegan di akhir kisah Falling in Love Gundala (Prasidha, 1972).

Dalam cerita ini, Sancaka, yang merupakan bentuk asli Gundala, jatuh cinta dengan seorang gadis cantik bernama Sakti. Tapi Sakti tidak menaruh perhatian pada Sancaka yang dia anggap pengecut. Karena Sancaka selalu bersembunyi ketika Sakti membutuhkan bantuannya. Sebaliknya, Gundala selalu hadir ketika Sakti membutuhkan bantuan. Sakti juga menaruh hati pada Gundala.

Tentu saja, sebagai pahlawan super yang harus menyembunyikan identitasnya, Gundala tidak dapat menerima simpati Sakti. Pada titik ini, Sancaka merasa dia telah gagal dalam kisah cintanya. Kebingungan yang berkuasa di Sancaka terbukti dalam seri Gundala yang akan datang Gundala Breathing in the Mud (Prasidha, 1973). Adegan awal kartun ini menggambarkan Sancaka yang bermeditasi bahkan selama sebulan. Tidak ada kegiatan selain sendirian.

"Sancaka, beberapa hari ini aku tak melihat kau ke luar rumah," tegur sang ayah.


"Aku baru senang di rumah, Ayah."

"Tidak sehat?"

"Aku sehat." 

"Kau tampak lesu dan kurus."

"Benar. Aku kurus. Seharusnya aku tak berbuat selarut ini."

"Aku tak tahu yang kau maksud, Sancaka."

"Di abad seperti sekarang ini, seharusnya tak ada lagi untaian kisah cinta seperti yang kualami."

"Oh, kau patah hati?"

"Tidak ayah. Patah hati adalah buat mereka yang gagal dalam menyelesaikan kisah cinta. Tapi, aku tidak berhasil untuk memulai kisah cinta. Kurasa aku belum pernah patah hati. Hanya selalu kecewa. Kenyataannya aku tak pernah berhasil memikat seorang gadis."

Inspirasi Kegagalan Cinta

Hasmi (Harya Suraminata), komikus kondang pencipta Gundala, merangkai untaian dialog Sancaka dan ayahnya begitu hidup. Puitis tapi terasa menyayat. Siapa sangka, kegagalan kisah cinta Sancaka adalah potret kehidupan Hasmi yang sebenarnya. 

Hasmi ketika masih pernah pada suatu masa berujar pada penulis, "Saya pecundang di bidang asmara. Saya mendambakan kekasih tapi tak pernah menemukannya."

Sebenarnya, komikus asal Yogyakarta ini tak pernah berhenti mencari cintanya. Bahkan, tahun 1971 usai meninggalkan kuliahnya di ASRI, ia sengaja masuk Akademi Bahasa Asing jurusan Bahasa Inggris dengan tujuan mencari pasangan. Ia paham, komposisi mahasiswa ABA lebih banyak perempuan ketimbang lelaki. Bahkan, perbandingannya 4:1. Dua tahun kuliah, upayanya selalu gagal. Bahkan, ia sengaja cuti setahun demi berlama-lama di ABA, dengan harapan menemukan kekasih. Meski begitu, sampai tamat kuliah, ia tetap saja gagal mencari pasangan.

Hasmi sendiri heran dengan kegagalannya. Padahal ia termasuk aktivis dan penggerak teater di kampusnya. Pernah pula menjadi ketua Posma (Pekan Orientasi Mahasiswa Baru). Hasmi mengaku mudah bersahabat dengan mahasiswi. Namun, giliran ia menyatakan perasaan cintanya, tak ada sambutan sama sekali. Ia pernah ditolak gadis Minang dengan bahasa pantun, "Masih banyak bunga di luar sana. Sang kumbang bebas memetiknya." 

Bunga memang bermekaran, tapi si kumbang tak pernah sanggup mendekatinya.

Nah, kegagalan cintanya inilah yang tertuang dalam beberapa judul komik Gundala dari total 23 judul seri superhero populer itu. Pengalaman pribadi ini justru membuat kisah Gundala jadi memikat. Hasmi membuat Gundala menjadi manusiawi bahwa superhero pun bisa galau gara-gara cinta. Akibatnya fatal. Karena lama mengurung diri, Gundala telat mendengar kabar bahwa sudah sebulan ini muncul Gundala palsu yang melakukan serangkaian perampokan.

Lebih spektakuler lagi ketika tahun 1977 Hasmi membuat komik Pengantin Buat Gundala. Dalam komik ini, Gundala menikah dengan heroine Merpati. Undangan pernikahan disampaikan lewat surat kabar. Superhero dari berbagai negara hadir, termasuk Superman, Batman, bahkan Sun Go Kong. Para tamu undangan yang begitu banyak membuat hotel di Yogyakarta penuh.

Hasmi yang memang membuat komik Gundala berlatar Yogyakarta, juga menggambarkan pernikahan Gundala dihadiri para musuh-musuhnya. Mereka ingin mengacau prosesi pernikahan. Namun, berkat kesigapan para superhero, semua ancaman berhasil digagalkan. Hasmi dan Merpati pun bahagia di pelaminan. Mereka tampil memikat dengan mengenakan busana perkawinan Jawa.

Kisah ini pun berangkat dari kehidupan Hasmi. Saat itu Hasmi berusia 31 tahun dan belum punya pasangan. Salah satu sahabatnya menyarankan, "Kalau kamu mau punya jodoh, bikin saja komik Gundala menikah. Siapa tahu kamu ketularan." 

Hasmi pun segera mengeksekusi ide temannya. Jadilah komik unik yang tak ada dalam khasanah komik superhero Indonesia. "Padahal, komik ini sebenarnya semacam harapan agar saya punya pasangan," ujar Hasmi.

Kenyataannya, meski Hasmi sudah menyelesaikan Pengantin Buat Gundala, jodoh belum juga datang. Hasmi yang lahir tahun 1946 baru menikah saat berusia 52 tahun. Pernikahannya dengan Mujiyati yang akrab disapa Plenok dikarunia dua putri.

Gatotkaca pun Ikut Tampil

Bukan hanya soal asmara, aktivitas Hasmi di beberapa bidang juga bisa menjadi inspirasi kisah Gundala. Selain sebagai komikus, Hasmi juga pernah aktif sebagai pelawak dan penggiat teater. Ia aktif di Teater Stemka pimpinan Landung Simatupang sebagai aktor, penulis naskah, sekaligus sutradara teater.

Selain itu, sejak 1970 ia bergabung dengan perguruan silat Budaya Indonesia Mataram (Bima) pimpinan Broto Sutaryo. Ia menyandang sabuk hitam. Menurut Hasmi, urut-urutan sabuk di perguruan Bima saat itu adalah: polos (tanpa sabuk/ban), putih, hitam, merah, dan kuning. Pengalaman di Bima ini tertuang dalam kisah Gundala berjudul 1000 Pendekar (Prasidha, 1974). Ia mendedikasikan komik ini untuk guru besar Bima, Broto Sutaryo.

Cerita menarik berlatar dunia pendekar ini memunculkan kembali penjahat besar Ghazul, lawan abadi yang selalu lolos dari sergapan Gundala. Dalam komik ini, Hasmi mengisahkan Ghazul mampu menciptakan robot yang pandai ilmu beladiri. Gundala berhasil ditangkap komplotan Ghazul. Demi membebaskan Gundala, gabungan pendekar membentuk 1000 Pendekar. Komik ini melahirkan superhero baru Sembrani, yang membantu Gundala melawan kelompok Ghazul.

1000 Pendekar menjadi sebuah komik yang begitu memikat. Hasmi menampilkan kekayaan beladiri Nusantara. "Namanya saja kisah para pendekar, saya tentu harus menampilkan jurus-jurus silat. Nah, untuk adegan perkelahian lengkap dengan jurus-jurusnya, saya menggunakan model teman-teman seperguruan saya dan teman dari perguruan lain," kata Hasmi.

Kekayaan budaya lokal ini pula yang menjadi salah satu kekuatan komik Gundala. Hasmi memang sengaja menampilkan Gundala sebagai superhero yang berpijak pada budaya Yogyakarta. Ditambah imajinasi kreatif Hasmi, jadilah Gundala superhero yang kental warna lokalnya. Misalnya saja Gundala memburu penjahat sampai pertunjukan wayang orang. Betapa epik adegan saat penjahat menyusup ke belakang panggung dan menyaru jadi penari raksasa dan tampil di panggung bersama Gatotkaca

Pernah pula Hasmi membuat Sun Go Kong sampai ke Yogyakarta karena ingin nonton sekaten dan wayang kulit. Atau Superman, Batman, dan Robin yang piknik ke Yogyakarta. 

Hasmi mengaku, "Saya ingin membuat kisah sensasional. Saya tampilkan tiga superhero Amerika di judul The Trouble (Kencana Agung, 1969) tanpa tahu bahwa itu melanggar hak cipta. Ternyata The Trouble laku keras," tutur Hasmi.

Aktivitas Hasmi di bidang teater juga sempat mampir dalam perjalanan Gundala. Dalam Pengantin Buat Gundala, Hasmi menceritakan Gundala menemui sahabatnya Nemo saat latihan teater. Nama teaternya pun Stemka, sama dengan nama teater tempat Hasmi bergabung. Bahkan, dalam komik ini Hasmi juga menampilkan Landung Simatupang sebagai bintang tamu.

Komik ini bercerita tentang Teater Stemka yang tengah menyiapkan dua drama pendek yang dimainkan di satu panggung yaitu lakon Monte Cristo dan Penyakit Sakit. Hasmi mengadopsi adegan ini dari aktivitas Stemka yang saat itu memang tengah menyiapkan dua naskah pementasan. 

Hasmi mengatakan saat itu di tahun 70-an kelompok teater tumbuh subur di Yogyakarta. Berbagai pentas ini memiliki penggemar setia. Hasmi pun berulang kali menggambarkan situasi ini. "Saya menggambarkannya dengan adegan Sancaka senang nonton teater."

Ide-ide Hasmi yang menuangkan kisah pribadi dan situasi Yogyakarta, membuat Gundala menjadi satu-satunya superhero Indonesia yang kental warna lokalnya. Hal ini pula yang menjadi kekuatan komik Gundala sehingga menjadi superhero populer negeri ini. Tahun 2016 lalu Hasmi memang sudah berpulang, tapi Gundala bakal terus dikenang.

No comments