Breaking News

Rusia Akan Memamerkan Reaktor Nuklir Terapung Pertama di Dunia

Rusia akan memamerkan reaktor nuklir terapung pertama di dunia dan mengirimkannya untuk mengarungi Samudera Arktik pada Jumat (23/8)
Berita terkini Jakarta, Indonesia - Rusia akan memamerkan reaktor nuklir terapung pertama di dunia dan mengirimkannya untuk mengarungi Samudera Arktik pada Jumat (23/8).

Dengan muatan bahan bakar nuklir, reaktor bernama Akademik Lomonosov itu akan bertolak dari Pelabuhan Arctic di Murmansk dan memulai perjalanan sejauh 5.000 kilometer menuju timur laut Siberia.

Kapal seberat 21 ribu ton itu memiliki dua reaktor nuklir dengan kapasitas masing-masing 35 megawatts. Akademik Lomonosov akan membawa 69 kru yang bakal mengawal kapal tersebut mengarungi laut dengan kecepatan 3,5 sampai 4,5 knot.

Reaktor itu diperkirakan bakal menjelajah perairan selama empat hingga enam minggu, tergantung kondisi cuaca dan jumlah air di sepanjang perjalanan.

Ketika tiba di Pevek, Akademik Lomonosov akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan daya setelah satu PLTN dan pembangkit listrik batu bara di daerah itu tutup.

Badan nuklir Rusia, Rosatom, menyatakan bahwa Akademik Lomonosov merupakan alternatif sederhana ketimbang harus membangun pembangkit listrik tenaga nuklir di darat.

Mereka pun berencana untuk menawarkan konsep Akademik Lomonosov ini ke negara lainnya. Namun, kelompok pemerhati lingkungan khawatir keberadaan PLTN terapung dapat memicu tragedi "Chernobyl di air" atau "Titanic nuklir."

"Setiap pembangkit listrik tenaga nuklir pasti menghasilkan limbah radioaktif dan bisa menyebabkan kecelakaan. Akademik Lomonosov sendiri juga rentan terhadap badai," ujar kepala sektor energi dari lembaga swadaya masyarakat Greenpeace Rusia, Rashid Alimov, kepada AFP.

Lebih jauh, menurut Alimov, sejumlah wilayah di Rusia sebenarnya masih sangat berpotensi untuk pengembangan pembangkit listrik tenaga angin. Metode ini memakan biaya yang lebih sedikit ketimbang harus menggunakan nuklir.

"PLTN terapung merupakan cara memproduksi listrik yang terlalu berisiko dan terlalu mahal," tutur Alimov.

No comments