Breaking News

ESDM Geregetan dengan Kelambanan Kerja Orang Pertamina


Berita terkini Jakarta, Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) kembali menyentil PT Pertamina (Persero) tentang proses produksi lifting minyak. Setelah Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Ignasius Jonan, meminta perusahaan untuk membuat keputusan yang lebih gesit, Plt Dirjen Migas Kementerian ESDM Djoko Siswanto menyinggung perusahaan minyak negara itu.

Dia mengaku antusias karena Pertamina dianggap telah mengambil keputusan panjang terkait penggunaan teknologi peningkatan minyak. Teknologi yang dibicarakannya adalah metode untuk mendapatkan Advanced Oil atau Enhanced Oil Recovery (EOR).

Perlu dicatat bahwa RAH adalah metode untuk meningkatkan cadangan minyak di sumur dengan meningkatkan volume minyak yang sebelumnya tidak dapat diproduksi oleh sumur minyak, sehingga produksinya yang tebal dapat dinaikkan ke permukaan. .

Menurut dia, teknologi tersebut bisa membantu meningkatkan lifting minyak.  "Orang di lapangan ini lambat mengambil keputusan untuk teknologi EOR. Kalau itu segera diterapkan pasti naik, kalau tidak naik iris nih Plt Dirjen lehernya. Loh serius catat, fakta kok," katanya, Jumat (16/8).

Sayangnya, Pertamina hanya menerapkan teknologi ini di beberapa sumur, termasuk Lapangan Tanjung di Tabalong, Kalimantan Selatan. Sejauh ini, lanjutnya, teknologi yang digunakan Pertamina hanya dapat meningkatkan produksi minyak hingga 50%. Ini berarti bahwa setengah dari potensi produksi minyak masih tersimpan di dalam perut bumi.

"Saya sangat senang dengan Pertamina, silakan mencari sumber minyak yang telah kami temukan sejak zaman Belanda, dengan teknologi saat ini, kami hanya dapat memanen maksimal 50% "katanya.

Perlu dicatat bahwa Kelompok Kerja Khusus untuk Kegiatan Minyak Hulu (SKK Migas) menjelaskan bahwa enam dari sepuluh perusahaan minyak teratas belum mencapai target peningkatan minyak pada paruh pertama tahun 2019. Yang menarik, lima dari KKKS milik Pertamina, yaitu Pertamina EP, PHM, PHE OSES, PH ONWJ dan PKHT.

SKK Migas mencatat penyelesaian lift migas hingga akhir semester pertama 2019, mencapai 1,81 juta barel per hari (bph), atau 86% dari target anggaran 'State for 2019. Jika dirinci, demam minyak pada paruh pertama tahun ini mencatat 752.000 bph atau 97 persen dari target.

Sementara itu, distribusi dan lifting gas dalam enam bulan pertama tahun ini tercatat 5.913 juta kaki kubik per hari, atau 1.056 ribu barel per hari. Ini berarti realisasi lifting gas hanya mencapai 86% dari target anggaran 2019.

Beritaterkini.com mencoba meminta konfirmasi kepada Pertamina tentang pengaduan yang diajukan oleh kementerian ESDM. Namun, upaya konfirmasi telepon dan SMS yang dikirim ke wakil presiden PT Pertamina sampai berita ini diturunkan belum dibalas.

No comments